OKEBUNG|
Petugas Satreskrim Polres Jakarta Barat dan petugas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)DKI Jakarta menggerebek enam pabrik pengolah kikil berformalin di kawasan KOPPTI (Koperasi Pengusaha Tahu-Tempe Indonesia) Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (11/03/2015) siang,sekaligus menciduk enam bos dan menyita puluhan drum bahan baku.
Sri (33 ), istri salah satu bos kikil yang ditemui di rumahnya mengatakan penggunaan formalin produksi kikilnya itu dilakukan pasca Lebaran tahun lalu.
“Kulit sapi yang dijadikan kikil sengaja diberi formalin supaya laris. Jika tak diberi formalin, sehari saja langsung membusuk,” kata Sri. Menurut ibu dua anak ini, formalin berfungsi membuat kikil licin dan awet. Takarannya tidak banyak, satu drum kikil campuran formalin satu sendok teh.
Sri menjelaskan, sejak menggunakan formalin omset usahanya meningkat. Produksi kikil per hari mencapai 1 kuintal, harga jual Rp17 ribu per kilo. Hasil produksi dijual di pasar tradisional wilayah Jakarta Barat. Joko, 34, suami Sri, bersama satu anak buahnya dibawa polisi.
JALAN KELUAR
Sri menambahkan, usahanya sudah berlangsung 10 tahun dan selalu pasang surut. “Penjualan kerap membuat kami merugi,” ujarnya.
Dia mengaku menyesali perbuatannya. Sri beralasan, pemerintah tidak pernah memperhatikan nasib pengusaha kecil. “Pemerintah tidak kasih jalan keluar, gimana cara supaya kikil itu tetap awet,” tutur wanita berkerudung itu.
Salah seorang pekerja, Wasro, 36, menerangkan, sebenarnya penggunaan bahan pengawet mayat itu sudah lama. Bahkan, tak hanya formalin, agar tahan lama pengusaha juga mencampur tawas dan pemutih pakaian (H2O2).
Dikatakan Wasro, penggerebekan polisi dilakukan di enam lokasi terpisah, di antaranya rumah pengusaha kikil Tugino, Daroni, Joko, Binangun, Eko, dan Suhadi. (pkt\admin)
Foto|ilustrasi\